Kelas Kata (Jenis Kata) Dalam Bahasa Indonesia

Seperti yang kita tahu bahwa dalam bahasa indonesia memiliki beberapa jenis kata mulai dari kata kerja, Kata kerja (verba), Kata sifat (adjektiva), Kata keterangan (adverbia), Kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia), Kata Sandang (artikel), Kata Depan (preposisi), Kata Hubung (konjungsi), Partikel, hingga Kata Seru (interjeksi). Kata adalah unsur utama dalam membentuk kalimat. Selain bentuk dasarnya, kata juga dapat dibentuk melalui proses morfologis, yaitu afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (perulangan), dan komposisi (penggambungan) untuk menyampaikan maksud yang terkandung di dalam kalimat.

Dalam kalimat, kata memiliki kedudukan atau jabatan seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan. Dalam kaitannya dengan jabatan di  dalam kalimat dan hubungannya dengan fungsi serta makna yang ditunjukkannya, kata dikategorikan ke dalam kelas kata.

Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia

Jenis Kata Dalam Bahasa Indonesia


Dalam perkembangan tata bahasa Indonesia, terdapat banyak rumusan tentang kelas kata oleh para ahli bahasa. Namun secara umum, kelas kata dalam bahasa indonesia terbagi menjadi berikut ini.
  1. Verba    (Kata Kerja)
  2. Adjektiva    (Kata Sifat)
  3. Nomina    (Kata Benda)
  4. Pronomina    (Kata Ganti)
  5. Numeralia    (Kata Bilangan)
  6. Adverbia    (Kata Keterangan)
  7. Interogativa    
  8. Demonstrativa    
  9. Artikula    (Kata Sandang)
  10. Preposisi    (Kata Depan)
  11. Konjungsi    (kata Hubung)
  12. Kategori Fatis   (partikel)
  13. Interjeksi

1. Kata Kerja (Verba)
Kata kerja (verba) adalah kata-kata yang pada tataran kalimat dapat dipakai sebagai kalimat perintah dan tataran klausa cenderung menduduki fungsi predikat serta pada tataran frase  dapat dinegatifkan dengan kata tidak, tidak dapat didampingi oleh kata di, ke, dari, atau dengan partikel agak, sangat, sekali, serta menggunakan imbuhan me-, ber-, -kan, di-, -i, apabila kata tersebut menggunakan imbuhan.

 Ciri-ciri:
  • Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain. Contoh: Pencuri itu lari.
  • Verba mengandung makna inheren ‘perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau bukan kualitas’.
  • Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti ‘paling’. Verba seperti mati atau suka, misalnya, tidak dapat diubah menjadi  *termati atau *tersuka.
  • Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan. Tidak ada bentuk seperti *agak belajar, *sangat pergi, dan *bekerja sekali meskipun ada bentuk seperti sangat berbahaya, agak mengecewakan, dan mengharapkan sekali.

Macam-macam kata kerja (verba):
a. Verba dasar bebas, seperti: duduk, makan, mandi, minum, pergi, pulang, tidur
b. Verba turunan, terdiri atas:
         1. Verba berafiks:
               Contoh: ajari, bernyanyi, bertaburan.
         2. Verba bereduplikasi:
               Contoh: bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan, marah-marah.
c. Verba berproses gabung:
      Contoh:  bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, makan-makan.
d. Verba majemuk :
      Contoh:  cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.
e. Verba transitif (kata kerja yang membutuhkan objek)
      Contoh :  -  Saya menulis surat.
                                 S         P           O
                -   Adik membeli balon.
                                    S           P          O
f. Verba intransitif (kata kerja yang tak memerlukan objek)
Contoh :   -  Mereka duduk di taman.   
                                    S           P               K
                             -  Anak-anak itu bersepeda di sepanjang pantai.
                                     S                       P                    K
                             -   Adik sedang mandi.
                                    S               P



2. Kata Sifat (Adjektiva)
Adjektiva adalah segala kata yang dapat mengambil bentuk se + reduplikasi + nya, serta dapat diperluas dengan paling, lebih, sekali,agak, sangat, dan dapat bergabung dengan kata tidak.

Ciri-ciri kata sifat:
  • Bergabung dengan partikel tidak;
  • Mendampingi nomina; atau
  • Didampingi partikel seperti lebih, agak, sangat; atau
  • Mempunyai ciri-ciri morfologis, seperti –er (dalam honorer), -if (dalam sensitif), -i (dalam alami); atau
  • Dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an, seperti adil-keadilan.
Macam-macam adjektiva:
a.  Ajektiva dasar, seperti  adil, afdol, bangga, baru, cemas, disiplin, anggun, bengkak.
b. Adjektiva turunan terdiri atas:
        1. adjektiva berafiks
            contoh: terhormat, terindah, kesakitan, kesepian, keinggris-inggrisan.
         2. adjektiva bereduplikasi
            contoh:  muda-muda, elok-elok, cantik-cantik.
        3. adjektiva berafiks –i, -wi, -iah
            contoh:  abadi, duniawi, insani, ilmiah, rohaniah, surgawi.

        4. Adjektiva deverbalisasi, misalnya:  melengking, terkejut, menggembirakan, meluap.
        5. Adjektiva denominalisasi, misalnya: berapi-api, berbudi, budiman, kesatria, berbusa.
        6. Adjektiva de-adverbialisasi, misalnya : bersungguh-sungguh, berkurang, bertambah.
        7. Adjektiva denumeralia, misalnya: manunggal, mendua, menyeluruh.
        8. Adjektiva de-interjeksi, misalnya: aduhai, sip, asoy.
        9. Adjektiva majemuk, misalnya: panjang tangan, buta huruf, lupa daratan, tinggi hati.
        10. Adjektiva eksesif (berlebih-lebihan), misalnya :alangkah gagahnya, bukan main kuatnya, Maha kuasa.



3. Kata Keterangan (Adverbia)
Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi ajektiva, numeralia, atau proposisi dalam konstruksi sintaktis. Atau bisa dikatakan bahwa Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat.

Macam-macam Adverbia:a. Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya, tidak, paling, pernah, pula, saja, saling.
b.  Adverbia turunan terbagi atas:
       1.  Adverbia reduplikasi, misalnya: agak-agak, lagi-lagi, lebih-lebih,paling-paling.
       2.  Adverbia gabungan, misalnya: belum boleh, belum pernah, atau tidak mungkin.
       3.  Adverbia  yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau, agaknya, harusnya, sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.

Contoh Adverbia :
kemarin, tadi, nanti, dahulu, dulu, sekarang, kini, besok, kelak, rupanya, kiranya, agaknya, barangkali, sebetulnya, sebaiknya, seharusnya, seyogyanya, secepat-cepatnya, sejauh-jauhnya, setepat-tepatnya, alangkah, agak, niscaya, barangkali, bisa, hampir, agak-agak, bisa-bisa, jangan-jangan, sering-sering, belum boleh, tidak boleh tidak, tidak mungkin, terlalu, sekali, akhir-akhir, malam-malam, mula-mula, sendiri-sendiri, awas-awas, baik-baik, sebentar-sebentar, sedikit-sedikit, dua-dua, kira-kira, tahu-tahu, rasanya, mau tidak mau, tidak dapat jadi, ingin benar, tidak jarang, tidak lebih, sebaiknya, sesungguhnya, alangkah, paling, tidak, barangkali, bukan, justru, mungkin.



4. Kata Benda (Nomina)Kata benda atau nomina adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda (konkret maupun abstrak). Kata benda berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan. Nomina adalah kategori yang secara sintaksis (1) tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel tidak, (2) mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari.

Ciri-ciri kata benda:
  • Dapat diingkari dengan kata bukan.
    Contoh : bukan gula, bukan rumah, bukan mimpi, bukan pengetahuan.
  • Dapat diikuti dengan gabungan kata yang + KS (kata sifat) atau yang sangat + KS
    Contoh : buku yang mahal, pengetahuan yang sangat penting, orang yang baik.

Macam-macam Nomina:
  • Nomina bernyawa, misalnya: Umar, Abdullah, nenek, nona, ayah, kerbau, ayam.
  • Nomina tak bernyawa, misalnya: nama lembaga, hari, waktu, daerah, bahasa.
  • Nomina terbilang, misalnya: kantor, rumah, orang, buku.
  • Nomina tak terbilang, misalnya: udara, kebersihan, kemanusiaan.
  • Nomina kolektif, misalnya: cairan, asinan, buah-buahan, kelompok.
  • Nomina ukuran, misalnya: pucuk, genggam, batang, kilogram, inci.
  • Nomina dari   proses nominalisasi, misalnya: keadilan, kenaikan, pembicara, pemotong, anjuran, simpulan, pengumuman, pemberontakan.
  • Nominalisasi dengan  si dan  sang, misalnya: si kecil, si manis, sang kancil, sang dewi.
  •  Nominalisasi dengan  yang, misalnya: yang lari, yang berbaju, yang cantik.

Contoh Nomina:
batu, kertas, radio, keuangan, gerigi, tetamu, rumah-rumah, batu-batuan, permandian, kebersamaan, ketinggian, kesatuan, kelebihan, keterlaluan, jatuhnya, tridarma, daya juang, loncat lidah, jejak langkah, pengambilalihan, pendayagunaan, ketatabahasaan,  Senin, Januari, 1983, Bahasa Indonesia, udara, kebersihan.


5. Kata Ganti (Pronomina)
Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacupada nomina lain.  Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda ataunomina. Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina.

Macam-macam pronomina:
  1. pronominal persona
  2. pronomina penunjuk
  3. pronomina penanya.

1. Pronomina Persona
  •     Pronomina reduplikasi, misalnya: kita-kita, dia-dia, dan beliau-beliau.
  •     Pronomina berbentuk frasa, misalnya: kamu sekalian, aku ini, dia itu.
  •     Pronomina takrif, terbatas pada pronomina persona (orang) misalnya:
  •     Pronomina persona I (kata ganti orang I) : saya, aku (tunggal),
  •     dan kami, kita (jamak)
  •     Pronomina persona II (kata ganti orang II) : kamu, engkau, Anda (tunggal), dan kalian, Anda sekalian (jamak)
  •     Pronomina persona III (kata ganti orang III) : ia, dia, beliau (tunggal), dan mereka (jamak)
  •     Pronomina tak takrif, tidak menunjuk pada orang atau benda tertentu, misalnya : sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa, apa-apa, anu, dan masing-masing sendiri.

2. Pronomina Penunjuk
  •     Pronomina penunjuk umum: ini, itu, dan anu.
  •     Pronomina penunjuk tempat: sini, situ, atau sana.
  •     Pronomina penunjuk ihwal: begini dan begitu.

3. Pronomina Penanya
Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan.Contoh:  siapa, apa, mana, mengapa, kapan, dimana, bagaimana, dan berapa.


6. Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, dan benda. Numeralia adalah kategori yang dapat (1) mendampingi nomina dalam konstruksi, sintaktis, (2) mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain, dan (3) tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat.


Numeralia utama (kardinal), terdiri atas:
  • Bilangan penuh, misalnya: satu, dua, tiga, puluh, ribu, juta.
  • Bilangan pecahan, misalnya: sepertiga, duapertiga, lima perenam.
  • Bilangan gugus, misalnya: selikur (21), lusin, gros, kodi, atau ton.
  • Numeralia tingkat, yaitu numeralia yang menunjukkan urutan atau struktur. Misalnya:  pertama, kesatu, kedua, keempat, ketiga belas.
  • Numeralia kolektif, numeralia yang terbentuk oleh afiksasi, misalnya :  ketiga (ke + Num),  ribuan, ratusan (Num + -an), beratus-ratus, dan bertahun-tahun (ber- + Num)

7. Kata Sandang (Artikula)Kata sandang atau artikula atau artikel adalah kata yang mendampingi kata benda atau yang membatasi makna jumlah orang atau benda. Artikula dalam bahasa Indonesia adalah kategori yang mendampingi nomina dasar, nomina deverbal, pronomina, dan verba pasif. Artikula berupa partikel, jadi tidak dapat berafiksasi.


Macam-macam artikel:
  1. Artikula/artikel bermakna tunggal, misalnya: sang guru, sang suami, sang juara.
  2. Artikula/artikel bermakna jamak, misalnya: para petani, para guru, para ilmuwan.
  3. Artikula/artikel bermakna netral, misalnya: si hitam manis, si dia, si terhukum.
  4. Artikula/artikel bermakna khusus, misalnya: Sri Baginda, Sri Ratu, Sri Paus (gelar kehormatan),  Hang Tuah, dan Dang Halimah (panggilan pria dan wanita dalam sastra lama)


8. Kata Depan (Preposisi)
Kata depan atau preposisi adalah kata yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan(frasa preposisional). Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama) sehingga terbentuk frase eksosentris direktif.

Macam-macam preposisi:
  • Preposisi dasar, misalnya:  di , ke, dari, akan, antara, kecuali, bagi, dalam, daripada, tentang, pada, tanpa, untuk, demi, atas, depan, dekat.
  • Preposisi turunan, terdiri atas:
             (a). gabungan preposisi dan preposisi, misalnya : di depan, ke belakang, dari muka.
             (b). gabungan  preposisi + preposisi +  non-preposisi, misalnya : di atas rumah, dari
                   tengah-tengah kerumunan.
             (c). gabungan preposisi + kelas kata + preposisi + kelas kata, misalnya dari rumah ke
                    jalan, dari Bogor sampai Jakarta, dari pagi hingga petang.
             (d). Preposisi yang menunjukkan ruang lingkup, misalnya sekeliling, sekitar, sepanjang,
                    seputar.

9. Kata Hubung (Konjungsi)
Konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi. Kata hubung atau konjungsi adalah kata yang  berfungsi menghubungkan dua kata atau dua kalimat.

Macam-macam konjungsi:
  •     Konjungsi penambahan, misalnya: dan, dan lagi, tambahan lagi, lagi pula.
  •     Konjungsi urutan, misalnya: lalu, lantas, kemudian, setelah itu.
  •     Konjungsi pilihan, misalnya: atau
  •     Konjungsi perlawanan, misalnya:  tetapi, sedangkan, namun, sebaliknya, padahal.
  •     Konjungsi menyatakan waktu, misalnya: ketika, sejak, saat, dan lain-lain
  •     Konjungsi sebab-akibat, misalnya: sebab, karena, karena itu, akibatnya dan lain-lain
  •     Konjungsi persyaratan, misalnya: asalkan, jikalau, kalau, dan lain-lain
  •     Konjungsi pengandaian, misalnya: andaikata, andaikan, seandainya, seumpamanya.
  •     Konjungsi harapan/tujuan, misalnya: agar, supaya, hingga.
  •     Konjungsi perluasan, misalnya: yang
  •     Konjungsi pengantar objek, misalnya: bahwa
  •     Konjungsi penegasan, misalnya: bahkan dan malahan
  •     Konjungsi pengantar wacana, misalnya: adapun, maka, jadi.

10 . Partikel (Kategori fatis)
Partikel adalah kategori atau unsur yang bertugas memulai,mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi. Kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan komunikasi antara pembicara dan kawan bicara. Sebagian besar kategori fatis merupakan ciri ragam lisan.

Unsur ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah dan pernyataan (berita).
Macam-macam partikel:
a).  kah, misalnya: Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
b).  kan, misalnya: Tadi kan sudah dikasih tahu!
c).  deh, misalnya: Makan deh, jangan malu-malu.
d).  lah, misalnya: Tidurlah hari sudah malam!
e).  dong, misalnya: Bagi dong kuenya.
f).  kek, misalnya: cepetan kek, lama sekali.
g).  pun, misalnya:  Membaca pun ia tak bisa.
h).  toh, misalnya: Saya toh tidak merasa bersalah.


11. Interogativa 
Interogativa adalah kategori dalam kalimat interogatif yang berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oelh pembicara atau mengukuhkan apa yang telah diketahui pembiacara.

Contoh : apa, mana, bila, kah, tah, di mana, bilakah, apa-apa, berapa, mengapa.

12. Demonstrativa 
Demonstrativa adalah kategori yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu di dalam maupun di luar wacana.

Contoh : itu, ini, berikut, sekian, di sini, di situ, di sana, ini itu, di sana-sini.

13. Interjeksi 
Interjeksi adalah kategori yang bertugas mengungkapakan perasaan pembicara; dan secara sintaktis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam ujaran.

Contoh :aduh, aduhai, ah, ahoi, ai, amboi, asyoi, ayo, bah, cih, cis, eh, hai, idih, ih, lho, oh, nah, sip, wah, wahai, yaaa, alhamdulillah, astaga, brengsek, buset, dubilah, duilah, insay Allah, masyaallah, syukur, halo, innalillahi, yahud, ahoi, ayo, eh, hai, halo, he, sst, wahai, aduhai, ai, amboi, astaga, asyoi, hm, wah, yahud, aduh, dan sebagainya.


Demikian mengenai Kelas kata atau jenis kata dalam bahasa indonesia. Semoga ini bisa Meningkatkan Kemampuan Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Salam



0 komentar:

Artikel Terkait Lainnya:

Diberdayakan oleh Blogger.