Pengertian, Jenis, dan Contoh Silogisme

Bahasa dan Sastra - Setelah sebelumnya kita membahas mengenai Penalaran Induktif dan Deduktif, kali ini akan membahas mengenai Silogisme yang masih bagian dari bentuk Penalaran Deduktif. Penalaran merupakan salah satu proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan beberapa konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Silogisme adalah salah satu bagian yang paling ujung atau akhir dari pembahasan logika formal dan dianggap penting dalam ilmu logika.

Silogisme adalah contoh yang paling tegas dalam cara berpikir deduktif yakni mengambil kesimpulan khusus dari kesimpulan umum. Namun dalam teori silogisme, kesimpulan yang sebelumnya hanya terdiri dari dua keputusan saja sedang salah satu keputusannya harus universal. Selain itu juga dua keputusan tersebut harus terdapat unsur yang sama yang dimiliki kedua keputusannnya. Untuk lebih jelasnya kita akan bahas mengenai Silogisme mulai dari pengertian Silogisme, Jenis Silogisme dan juga lengkap dengan Contoh Silogisme.

Pengertian Silogisme

Pengertian Silogisme

Pengertian Silogisme, Silogisme adalah suatu pengambilan kesimpulan dari dua macam keputusan (yang mengandung unsur yang sama dan salah satunya harus universal) dan yang ketiga, kebenarannya sama dengan dua keputusan yang mendahuluinya. Dengan kata lain silogisme adalah merupakan pola berpikir yang disusun dari dua pernyataan dan satu kesimpulan. Atau bisa dikatakan juga sebuah penalaran dengan cara menghubung-hubungkan dua pernyataan yang berlainan untuk dapat ditarik simpulannya. suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan)

Bagian-Bagian (Unsur) Silogisme

Pada dasarnya silogisme mempuyai empat bagian :
  1. Bagian pertama adalah keputusan pertama, yang biasanya disebut premis mayor. Premis mempuyai arti kalimat yang dijadikan dasar penarikan kesimpulan. Premis mayor artinya pangkal pikir yang mengandung term mayor dari silogisme itu, dimana nantinya akan muncul menjadi predikat dalam kongklusi (kesimpulan)
  2. Bagian kedua adalah keputusan kedua, disebut dengan premis minor. Premis minor artinya pangkal pikiran yang kecil (term minor) dari silogisme itu dimana nantinya akan muncul menjadi subjek dalam kongklusi.  
  3. Bagian ketiga adalah bagian-bagian yang sama dalam dua keputusan tersebut, disebut medium atau term menengah (middle term), Karena ia terdapat pada kedua premis (Mayor dan minor), maka bertindak sebagai penghubung (medium) antara keduanya, tetapi tidak muncul dalam kongklusi.
  4. Bagian keempat adalah keputusan ketiga yang disebut kongklusi atau kesimpulan, adalah keputusan baru yang mengatakan bahwa apa yang benar dalam mayor, juga benar dalam term minor.

Contoh :
1, Semua makhluk mempuyai mata (Premis Mayor)
2. Si kacong adalah seorang makhluk (Premis Minor)
3. Jadi Si kacong mempuyai mata. (Kesimpulan)


Macam – macam Silogisme


Silogisme terdiri dari silogisme katagorik ,silogisme hipotetik, Silogisme disyungtif maupun melalui dilema. Untuk lebih jelaskan akan ktia bahas satu persatu :


Silogisme Kategorik

Silogisme kategorik adalah silogisme yang semua posisinya merupakan proposisi kategorik. Demi lahirnya konklusi maka pangkal umum tempat kita berpijak harus merupakan proposisi universal, sedangkan pangkalan khusus tidak berarti bahwa proposisinya harus partikuler atau sinjuler, tetapi bisa juga proposisi universal tetapi ia diletakkan di bawah aturan pangkalan umumnya.


Silogisme Hipotetik

Silogisme Hipotetik Adalah silogisme yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik yang menetapkan atau mengingkari term antecindent atau term konsekwen premis mayornya. Sebenarnya silogisme hipotetik tidak memiliki premis mayor maupun premis minor karena kita ketahui premis mayor itu mengandung term predikat pada konklusi, sedangkan premis minor itu mengandung term subyek pada konklusi .

Macam tipe silogisme hipotetik :
a.) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent
     Contoh : Jika hujan , saya naik becak
                    Sekarang Hujan
                    Jadi saya naik becak

b.) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekwensinya
     Contoh :  Bila hujan, bumi akan basah
                     Sekarang bumi telah basah
                     Jadi hujan telah turun

c.) Silogisme hipotetik yang premis Minornya mengingkari antecendent
     Contoh :  Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
                     Politik pemerintah tidak dilaksanakan dengan paksa
                      Jadi kegelisahan tidak akan timbul

d.) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekwensinya
     Contoh :   Bila mahasiswa turun kejalanan, pihak penguasa akan gelisah
                       Pihak penguasa tidak gelisah
                       Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan


Silogisme Disjungtif

Silogisme disjungtif adalah silogisme dimana premis mayor maupun minornya, baik salah satu maupun keduanya merupakan keputusan disjunctive atau ada juga yang mengatakan bahwa silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya berbentuk proposisi disjungtive

Contoh :
· Kamu atau saya yang pergi
· Kamu tidak pergi
· Maka sayalah yang pergi

Silogisme disjungtif memiliki dua corak:
a) Akuilah satu bagian disjungtif pada premis minor, dan tolaklah lainnya pada kesimpulan
b) Tolaklah satu bagian disjungsi pada premis minor, dan akuilah yang lainnya pada kesimpulan


Silogisme Konjungtif

Silogisme Konjungtif adalah silogisme yang premis mayornya berbentuk suatu proporsi konjungtif. Silogisme konjungtif hanya mempunyai sebuah corak, yakni: akuilah satu bagian di premis minor, dan tolaklah yang lain di kesimpulan

Contoh : 
· Tidak ada orang yang membaca dan tidur dalam waktu yang bersamaan .
· Sartono tidur .
· Maka ia tidak membaca

Silogisme konjungtif dapat di kembalikan ke bentuk silogisme kondisional


Dilema

Dilema adalah argumerntasi, bentuknya merupakan campuran antara silogisme hipotetik dan silogisme disyungtif. Hal ini terjadi karena premis mayornya terdiri dari dua proposisi hipotetik dan premis minornya satu proposisi disjungtif . Konklusinya, berupa proposisi disyungtif, tetapi bisa proposisi kategorika. Ciri dari Dilema adalah Konklusi yang diambil selalu tidak menyenangkan. Dalam debat, dilema dipergunakan sebagai alat pemojok, sehingga alternatif apapun yang dipilih lawan bicara selalu dalam situasi tidak menyenangkan. .

Contoh :
  • · Jika engkau berbuat adil manusia akan membencimu . Jika engkau berbuat tidak adil tuhan akan membencimu . Sedangkan engkau harus bersikap adil atau tidak adil . Berbuat adil ataupun tidak engkau akan dibenci.
  • · Apabila para mahasiswa suka belajar , maka motivasi menggiatkan belajar tidak berguna . Sedangkan bila mahasiswa malas belajar motivasi itu tidak membawa hasil . Karena itu motivasi menggiatkan belajar itu tidak bermanfaat atau tidak membawa hasil.

Pada kedua contoh diatas, konklusi berupa proposisi disjungtif, Contoh pertama adalah dilemma bentuk baku , kedua bentuk non baku.

Baca Juga Kalimat Majemuk Bertingkat

Silogisme adalah suatu cara untuk melahirkan deduksi. Demikian mengenai Silogisme, baik pengertian, Ciri-Ciri Silogisme, Macam-macam Silogisme, dan juga contoh Silogisme. Semoga bermanfaat, dan Salam Sastra dan Bahasa Indonesia.


Referensi :
1. Sunardji dahri tiam H. Drs. Prof, Langkah – langkah berpikir logis, cet 2, CV Bumi Jaya nyalaran Pamekasan, 2001
2. Jujun s. suria sumantri filsafat ilmu sebuah pengantar popular, pustaka sinar harapan, Jakarta, 2003
3. Tim media , Kamus lengkap bahasa Indonesia media senter
4. Pius A partanto Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiyah popular, Arkola Surabaya, 1994
5. Mondiri H. Drs, Logika (PT Raja Gravindo Persada Jakarta, 199)
6. W. Poespoprodjo, Dr, Sh, SS Phd, LPh Logika scientivika pengantar dialektika dan ilmu, pustaka gravika, 199.
.

0 komentar:

Artikel Terkait Lainnya:

Diberdayakan oleh Blogger.